Sajak-sajak WIRJA TAUFAN :
Tranculent
selalu saja kita lewati jalan yang sama
lurus, membelok dan berliku-liku
menghitung pohon-pohon luka di jalan-jalan
gelisah menyimpan mimpi-mimpi
Desember, 2006
Vignet
gelisah nama-nama
mengalir sepanjang arus sunyi
memahami arti mimpi
sunyi batu-batu
kecemasan bayang-bayang
bergerak kehilangan arahnya
mengusung beratus-ratus mayat
dan puing-puing
membusuk di dadamu
Maret, 2007
Nyanyian Pintu Angin
silih berganti, angin dan gelombang berlari
menebar beribu mimpi-mimpi di mataku
tanpa senyum dan salam selamat pagi, siang atau malam
engkau pun tertawa menawarkan beratus ribu aksara
yang terluka, untuk satu puisi tentang cinta
harapan anak-anak yang setia
menggenggam mimpi-mimpi
dari waktu ke waktu
aku hanya bisa memandangmu
tanpa sanggup bicara
ketika pusaran arus mengalir menembus dadaku
melenyapkan hari dan waktu
Maret, 2007
Selalu
selalu
kerinduan mengalir dalam dadaku
membakar pohon-pohon yang luka
sepanjang pantaimu
kucoba untuk tidak bosan dan letih
memahami musim demi musim
sunyi bayang-bayang yang mengigau
memanggil-manggil
namamu
selalu
luka meneteskan bayangmu di dadaku
melayarkan rumpun-rumpun bunga
sampai di ranting sunyi tanganmu
ke lereng-lereng gelombang
hasratmu
setiap waktu
Maret, 2007
Pertemuan Asing
bisik-bisik angin, pohon, gelombang dan cuaca
selalu saja mengusikku
menawarkan beratus-ratus ribu gairah bunga dan batu-batu
mengoyakngoyak kerinduan
sunyi yang membeku
kita pun bicara tanpa kata-kata
sepanjang hari tanpa waktu
tanpa ruang, arah jalan, gelombang dan cuaca
membakar malam keterasingan kita
Maret 2007
gairah rangjang Kita. Menyiram wangi wajah yanh luka
meleleh di dinding cuaca
Dan Kita pun menggigil. Menyebak kelopak bunga mengental
di langit jelaga: Melebur ruang dan waktu
Tak Sesiapa KecualiAku
Tak sesiapa kecuali Aku yang ngembara dimana-mana
Menggenggam angina, rumput dan batu-batu yang meleleh
ke dalam sajak-sajak
Merangkai gerimis sunyi
Tak sesiapa kecuali Aku. Gema jejak purba yang berpendar
meloncatloncat
Menyetubuh daunan basah dan rumpun-rumpun bunga
Gelombang baying-bayang
Satu Malam Noni
Satu malam noni sebaris tuhan pecah dan hangus di matamu
Dinding kamar yang meleleh mengalungkan langit-langit kamar
Di lehermu : pecah dan hangus di dadamu
LUKISAN DINDING
Menggenggam gairah
Mencium detakjam
Merambah malam rimba-rimba
Mengoyak detakjam